GAYA MENGAJAR INKLUSI/CAKUPAN

Pada awalnya pengertian pendidikan inklusi dimaknai sebagai pembelajaran yang diperuntukan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Pembelajaran ini sangat memperhatikan perbedaan individu yang dimiliki oleh setiap siswa. Pada tulisan ini akan dibahas pembelajaran inklusi secara mendalam kaitannya dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkattingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak juga siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan untuk memulai belajar suatu gerakan, serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan.
Gaya mengajar menurut Mosston adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa. Menurut Rusli Lutan (2000: 29), pemakaian istilah gaya mengajar (teaching style) sering diganti dengan istilah strategi mengajar (teaching strategy) yang pengertiannya dianggap sama yaitu siasat untuk menggiatkan partisipasi peserta didik untuk melakukan tugas ajar.
Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk mengelola lingkungan dan atmosfer pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif belajar dari para peserta didik yang dipandang sebagai indikator terpercaya untuk menilai efektivitas pembelajaran. Bila gaya mengajar tidak direncanakan, maka guru pendidikan jasmani akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan kemampuannya. Spektrum gaya mengajar yang dikemukakan Mosston mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
b. Masalah yang bertentangan tentang metode mengajar.
c. Mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang guru.Mengajar – Belajar – Tujuan, interaksi guru dan siswa mencerminkan perilaku mengajar dan belajar.
d. Perilaku guru akan mengarahkan perilaku peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Gaya mengajar inklusi memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Sementara gaya mengajar komando, latihan, resiprokal, periksa diri menunjukkan suatu standar tunggal dari penampilan, sedangkan gaya inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda dalam tingkatannya. Dalam gaya mengajar inklusi siswa didorong untuk menentukkan tingkat penampilannya. Tujuan gaya mengajar inklusi menurut Mosston dalam Agus S. Suryobroto (2001:61) yaitu:
a. Melibatkan semua siswa.
b. Penyesuaian terhadap perbedaan individu.
c. Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri.
d. Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
e. Belajar melihat hubungan antara kemampuan dan tugas apa yang dapat dilakukan siswa.
f. Individualisasi dimungkinkan karena memilih diantara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan
KESIMPULAN
Gaya pembelajaran inklusi adalah suatu gaya pembelajaran yang digunakan oleh guru, dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara rinci dan menawarkan tingkattingkat kesulitan yang berbeda secara berurutan, yang bertujuan agar siswa kreatif dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak, juga siswa diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pada tingkat kesulitan mana untuk memulai belajar suatu gerakan. Serta diberi kebebasan dan keleluasaan pula untuk menentukan berapa kali siswa harus mengulangi gerakan, dalam mempelajari suatu teknik gerakan dalam setiap pertemuan. Gaya mengajar inklusi dikembangkan berdasar konsep belajar yang berpusat pada peserta didik dan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perorangan serta peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai dengan tempo dan kemampuan masing- masing. Namun demikian, tidak ada gaya mengajar yang baku dalam proses pembelajaran dan tidak ada yang paling baik karena setiap gaya mengajar mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda antara satu gaya mengajar dengan gaya mengajar yang lain. Gaya mengajar sekali waktu ditekankan pada guru sebagai pusat pembelajaran, dan sekali waktu berpusat pada peserta didik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU "SEPAK BOLA" OLEH JOSEPH A. LUXBACHER,PH. D

SEJARAH PERHITUNGAN ANGKA TENNIS LAPANGAN